PT Sampoerna Agro (SGRO) Tbk mencatat total penjualan sepanjang semester pertama 2022 sebesar Rp 2,6 triliun. Angka tersebut menurun 2% dibandingkan tahun 2021. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan dari CPO yang menjadi penyumbang pendapatan terbesar.
Direktur Utama Budi Halim mengatakan, penurunan tersebut karena dampak dari kondisi cuaca yang kurang mendukung pada kuartal pertama 2022 yang menyebabkan total produksi Tandan Buah segar (TBS) turun sebesar 19% yoy menjadi 787 ribu ton di paruh pertama tahun ini.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Imbau Konsumen Percayakan Perbaikan dan Pemasangan Instalasi Listrik pada Ahlinya
Pendapatan dari CPO turun 6% yoy akibat volume penjualan CPO yang lebih rendah. Di sisi lain, minyak inti mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 32% yoy, ditopang oleh penguatan harga rata-rata inti sawit.
"Kita lihat memang di awal tahun cuaca curah hujan tinggi. Tapi di semester II ini produksi capai peaknya sehingga hasil panen lebih tinggi. Sehingga estimasi akhir tahun kita perkiraan produksi CPO 4-6% dari tahun 2021," ujarnya, dalam Public Expose yang diselenggarakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (16/9/2022).
Namun, penjualan terbesar ketiga, yaitu kecambah perseroan dengan merk dagang DxP Sriwijaya berhasil menduduki pangsa pasar di posisi kedua terbesar di Indonesia. Penjualan dari DxP Sriwijaya pada paruh pertama tahun ini sebesar Rp 84 milyar, atau sekitar 3% dari total penjualan konsolidasian.
Baca Juga:
Energi Hijau Jadi Primadona, PLN Siapkan Solusi untuk Klien Raksasa Dunia
Penjualan dari DxP Sriwijaya tahun ini mengalami kenaikan 15% secara tahunan yang didorong oleh peningkatan volume penjualan sebesar 17% yoy menjadi 10 juta butir kecambah.
Ia menyebut, kondisi cuaca yang mendukung telah meningkatkan kegiatan panen perseroan pada kuartal kedua tahun 2022, sehinga menghasilkan produksi TBS yang lebih baik.
"Total produksi TBS, termasuk pembelian dari pihak eksternal pada kuartal II mencapai 462 ribu ton, atau meningkat 42% secara kuartalan, tetapi lebih rendah 2% yoy dibandingkan tahun sebelumnya. Akan tetapi, dampak dari kondisi cuaca yang kurang mendukung di kuartal I-2021 menyebabkan total produksi TBS turun sebesar 19% yoy menjadi 787 ribu ton di semester 1 tahun ini," tuturnya.