WahanaNews-Malut | Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan melakukan klarifikasi terkait dugaan keterlibatan dirinya dalam kasus bisnis tes PCR melalui PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI) atau Lab GSI.
"Saya merasa saya harus menulis mengenai hal ini. Saya akan cerita dari awal, sehingga teman-teman bisa memahami perspektif mendesaknya kita akan kebutuhan test PCR yang terjangkau dalam pandemi ini," kata Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto dalam keterangannya, Senin (8/11).
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Dia menerangkan, pembentukan lab berawal dari keterbatasan tes PCR di awal pandemi tahun 2020. Hal itu berdasarkan pengalamannya bersama sang istri yang sulit melakukan test PCR, dan harga PCR di salah satu rumah sakit di Jakarta tembus dikisaran Rp5 juta hingga Rp7 juta untuk satu orang, dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk hasilnya.
Dengan pengalamanya itu membuat dia berfikir, jika kapasitas test PCR ini terbatas, dan orang harus menunggu berhari-hari sebelum tahu hasil test mereka, tentunya akan keteteran dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini. Selain itu, akan terjadi keterlambatan penanganan pasien, karena butuh waktu yang lama untuk mengetahui apakah seseorang terkena Covid-19 atau tidak. Ini kemudian akan berdampak pada penularan tinggi dan bisa jatuh korban yang banyak.
"Tanpa berpikir panjang, saya lapor ke Pak Luhut situasi yang ada pada waktu itu. Saya sampaikan, kita harus bantu soal test PCR ini," ujarnya.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Menurutnya, jika mengandalkan anggaran pemerintah, akan butuh waktu lama untuk bisa menambah kapasitas PCR ini. Baik dari proses penganggaran, tender, sampai kemudian sampai pembayaran.
Akhirnya Menko Luhut memerintahkan Septian untuk mencari alat PCR ini. Awalnya Menko Luhut akan mendonasikan alat PCR ini ke Fakultas Kedokteran di beberapa kampus, karena waktu itu merekalah yang pasti memiliki keahlian untuk menjalankan test PCR ini dan k edepannya bisa digunakan untuk penelitian yang lain.
"Soal uang, nanti kita sumbang saja, perintah Pak Luhut kepada saya pada waktu itu. Saya tahu kemudian Pak Luhut kontak teman-teman beliau untuk bersama-sama membantu membeli alat PCR ini. Di sinilah kemudian proses pencarian PCR ini kita mulai," jelasnya.