Malut.Wahananews.co - PT PLN (Persero) menjalin nota kesepahaman (MoU) dengan Karbon Korea Co., Ltd. terkait implementasi teknologi Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS).
Kerjasama tersebut dilakukan dalam rangka mengakselerasi transisi energi untuk mencapai net zero emissions pada tahun 2060.
Baca Juga:
Dugaan Curi Arus di Pembangunan Rest Area Tol Medan-Binjai, Muslim Muis Minta Menteri BUMN untuk Mencopot Kepala PLN
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN mendukung penuh upaya pemerintah untuk mengembangkan sektor energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Termasuk melalui pemanfaatan teknologi ramah lingkungan seperti CCUS untuk menekan emisi karbon dari pembangkit berbahan bakar batubara.
"Ini adalah konsep besar di mana kami menunjukkan kepada dunia, bahwa saat ini PLN memimpin upaya memerangi perubahan iklim di Indonesia. Kami telah menunjukkan kepada dunia bahwa kami memiliki kemauan, kami telah menghapus 13 Giga Watt energi fosil dari Rencana Usaha Penambahan Tenaga Listrik (RUPTL), dan hari ini kami akan melakukan pembersihan yang lebih besar lagi," ujar Darmawan dalam keterangan tertulisnya, dikutip Sabtu (9/9/2023).
Lebih lanjut, Darmawan memaparkan, dalam upaya memerangi perubahan iklim global dibutuhkan kolaborasi sebagai kuncinya. Maka dari itu, lewat kolaborasi semacam ini, dia optimistis peta jalan transisi energi, memerangi perubahan iklim akan lebih mudah dibanding berjalan sendiri.
Baca Juga:
Dalam Acara CEO Forum 2024, Dirut PLN Ajak Selaraskan Langkah Wujudkan Mimpi Indonesia
"Jadi saya telah mendengar banyak laporan tentang Karbon Korea yang merupakan salah satu lembaga terbaik, yang melibatkan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon. Banyak pola dan banyak inovasi, jadi saya menaruh banyak harapan pada kerja sama semacam ini," ungkap Darmawan.
Darmawan melanjutkan, maksud dari kolaborasi implementasi CCUS tersebut adalah untuk meningkatkan keberlanjutan pembangkitan listrik dan menurunkan emisi karbonnya.
Adapun upaya dekarbonisasi menggunakan CCUS tersebut dirasa strategis karena karbon yang ditangkap bisa dikonversi menjadi produk lain seperti metanol, asam format, hingga dimetil eter. Sementara itu, untuk CO2 yang tidak dikonversi bisa digunakan untuk melakukan enhanced oil recovery (EOR) atau enhanced gas recovery (EGS).