Sebelumnya, PLN membeberkan investasi untuk meningkatkan infrastruktur kelistrikan makin mahal lantaran target pengerjaan yang jauh dari jaringan listrik terpasang saat ini.
“Rupiah untuk sambung ke pelanggan itu makin lama makin mahal karena yang sudah kita selesaikan itu di daerah-daerah yang dekat dengan jaringan sedangkan yang jauh rata-ratanya makin mahal,” kata Direktur Distribusi PLN Adi Priyanto di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (29/9/2022).
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Adi mengatakan sejumlah daerah masih memiliki rasio elektrifikasi di bawah 95 persen atau malah status merah seperti Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, NTT hingga Riau.
Dia mengatakan biaya untuk pembangunan infrastruktur kelistrikan di Madura yang menjadi bagian dari regional Jawa-Bali mesti menelan anggaran mencapai Rp45 juta per pelanggan. Sementara biaya penyambungan untuk wilayah Sumatra-Kalimantan sekitar Rp35 juta per pelanggan.
Sementara itu, biaya penyambungan jaringan listrik untuk kawasan Sulawesi, Maluku, Maluku utara, Papua, Nusa Tenggara itu berkisar di angka Rp25 juta per pelanggan.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
“Di Jawa-Bali kira-kira Rp1 sampai 2 juta per pelanggan sehingga makin kita melistriki daerah 3 T untuk rupiah per kWh pelanggan itu makin akan mahal,” ujarnya.
Selama periode 2016–2021 PLN menerima PMN Tunai sebesar Rp40,06 triliun, atau setara dengan 9,7 persen dengan total investasi tunai sebesar Rp411,66 triliun (pendanaan pekerjaan menggunakan anggaran PLN di luar investasi IPP).[gab]