Malut.WahanaNews.co - PT PLN (Persero) resmi mengoperasikan Green Hydrogen Plant (GHP) pertama di Indonesia.
Lewat GHP ini, PLN mampu memproduksi 51 ton green hydrogen atau hidrogen hijau per tahun. Hal ini disambut positif oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan pelaku industri otomotif yang kini juga tengah mengembangkan kendaraan listrik berbasis bahan bakar hidrogen atau hydrogen fuel cell electric vehicle (FCEV).
Baca Juga:
Jaga Pilkada Serentak, PLN UID Jabar Siagakan Lebih dari Empat Ribu Personil
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi BRIN, Prof Dr Eng Eniya Listiani Dewi mengapresiasi langkah inovatif dari PLN.
Ia menilai bahwa, kebutuhan hidrogen hijau di Indonesia hingga 2060 akan terus tumbuh mencapai 32,8 juta ton per tahun.
Apalagi, pengguna utama hidrogen akan diserap 80 persen di sektor transportasi, dan pada tahun 2030 mendatang FCEV dapat diproduksi di dalam negeri.
Baca Juga:
Gendeng Indomobil, PLN Icon Plus Siap Kolaborasi Wujudkan Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik
Prof Eniya juga menjelaskan, BRIN telah membuat prototipe FCEV yaitu mobil golf dengan mesin berbasis fuel cell dengan spesifikasi 2,5 kilowatt (kW) tipe polymer electrolyte membrane fuel cell (PEMFC) dan motor penggerak 48VDC/3,7 kW.
"Ke depan, ekonomi kita akan tertopang bukan hanya dari minyak, tapi juga hidrogen. Karena hidrogen bisa dipakai di berbagai sektor, dari sektor pembangkit listrik, industri terutama petrokimia, perumahan, hingga transportasi," ungkap Prof Eniya, dikutip Kamis (12/10/2023).
Hal senada juga disampaikan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) sebagai salah satu manufaktur kendaraan terbesar di Indonesia. Dirinya menilai, dengan hadirnya hidrogen hijau produksi dari PLN membangun optimisme pengembangan ekosistem hidrogen di Indonesia.