Saat ini sudah ada 139 unit SPKLU yang siap memenuhi kebutuhan pengguna kendaraan listrik di seluruh Indonesia. Program konversi LPG ke kompor induksi, lanjut Darmawan, selain bisa menjadi solusi menyerap listrik juga dapat mengurangi beban APBN. Dengan harga gas dunia yang sedang tinggi, harga keekonomian LPG mencapai Rp19.609 per kg.
Sementara harga jual eceran yang dipatok pemerintah sebesar Rp4.250 per kg. Artinya, ini menjadi beban APBN sebesar Rp15.359 per kg.
Baca Juga:
Sukses Dukung Kelancaran Arus Mudik Idulfitri 1446 H, PLN Catatkan Kenaikan Transaksi SPKLU Hampir 5 Kali Lipat
"Dengan program konversi kompor ke 15 juta pelanggan penerima manfaat selain bisa menyerap listrik juga bisa menyeimbangkan Current Account Defisit (CAD) negara," ujar Darmawan.
Melalui upaya menjawab tantangan tersebut, Darmawan menjelaskan dari sisi penambahan konsumsi listrik nasional dengan agenda kendaraan listrik dan kompor induksi tersebut diprediksi bisa mencapai 16,4 GWh pada 2024 mendatang. Dengan pertumbuhan konsumsi listrik tersebut, PLN bisa mengantongi tambahan pendapatan yang mampu menambah kuat posisi keuangan PLN.
"Dari ceruk tersebut jika ditotal bisa mencapai laba Rp 22 triliun. Kalau kita kemarin bisa menorehkan Rp 13 triliun dan sudah tercatat sebagai terbesar sepanjang sejarah. Potensi ke depan masih akan lebih besar lagi dan perlu kita perjuangkan bersama," ucap Darmawan.
Baca Juga:
Cegah Pemadaman di Wilayah Vital, ALPERKLINAS Desak Pemerintah Atur Pembatasan Bangunan di Areal Konstruksi PLN
Ia menilai untuk bisa menjadi perusahaan energi masa depan perlu keuangan perusahaan yang sehat agar bisa memberikan kontribusi kepada negara. Selain itu, melalui perusahaan yang sehat juga bisa memberikan multiplier effect bagi masyarakat. [gab]