Malut.WahanaNews.co | Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan Indonesia akan mulai memproduksi baterai kendaraan listrik (EV Battery) pada kuartal II-2024.
Terkait eksekusinya, pengembangan industri kendaraan listrik di dalam negeri akan menggandeng pihak swasta asing, yakni LG Chem atau pun CATL.
Baca Juga:
Pacu Kreativitas Mahasiswa Indonesia, PLN Gelar Kompetisi Membangun Gokart Listrik
"Sekitar 2024 kuartal kedua atau tiga kita akan produksi baterai sendiri. Kita bekerja sama dengan CATL atau LG, atau dengan industri lain," ucap Luhut pada acara Seminar Climate Change, Decarbonization, Sustainability & Green Economy yang diadakan oleh LPS di kawasan Nusa Dua Bali, Rabu (9/11/2022).
Pengembangan industri EV Battery di Tanah Air merupakan salah satu komitmen pemerintah untuk mendorong transisi pemanfaatan energi fosil menuju energi hijau.
Luhut kembali mengungkapkan, upaya lain Pemerintah untuk mewujudkan ekosistem energi hijau yang berkelanjutan dengan menggenjot produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
Baca Juga:
Pacu Kreativitas Mahasiswa Indonesia, PLN Gelar Kompetisi Membangun Gokart Listrik
Sebab, Indonesia masih bisa menambah lahan sawit hingga 16-17 juta hektare.
Dengan total luasan tersebut, lanjut Luhut, maka Indonesia mampu memproduksi jumlah minyak sawit yang sangat besar.
Sebagai informasi, minyak sawit mentah ini dapat dijadikan untuk pembuatan bahan bakar biodiesel.
"Kita dalam membuat target untuk palm oil ini punya 16,8 juta hektar. Jadi kalau bisa bikin yield (imbal hasil) per hektar mampu jadi 10 ton, dan kemudian katakanlah average bisa jadi 100 juta ton produksinya," papar Luhut.
"Nah pada tahun 2035 atau 2040 kita akan buat 40 persen untuk makanan dan 60 persen jadi energi," pungkasnya.
Memang, pemerintah untuk mendorong pembangunan industri baterai kendaraan listrik memang baru mencuat ke permukaan setahun terakhir. Bentuk paling riilnya berupa pendirian Indonesia Battery Corporation (IBC) atau PT Industri Baterai Indonesia pada Maret 2021.
Empat Badan Usaha Milik Negara; PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), MIND ID (Persero), PT Pertamina (Persero) dan PLN (Persero) menjadi pemegang saham IBC dengan porsi kepemilikan masing-masing 25 persen.
Beban berat tersemat di pundak IBC; membangun dan mengembangkan industri baterai yang terintegrasi. Mulai dari penambangan bijih nikel hingga daur ulang baterai bekas.
Teknologi dan biaya investasi yang besar menjadi kendala buat Indonesia. Tapi, negeri ini punya modal utama lainnya; ketersediaan bahan baku berupa bijih nikel yang melimpah. Merujuk data United States Geological Survei (USGS), cadangan nikel Indonesia mencapai 52 persen dari total cadangan nikel dunia.
Di sinilah posisi Antam menjadi strategis lantaran perusahaan pelat merah itu merupakan pemilik cadangan nikel terbesar kedua di Indonesia.
Dolok Robert Silaban, Direktur Pengembangan Usaha Antam kepada KONTAN (26/7) menyebut, pada tahun 2021 tercatat cadangan bijih nikel ANTAM sebesar 381,91 juta wet metric ton (wmt), tumbuh 2 persen dibanding cadangan pada 2020 yang sebesar 375,52 juta wmt. Total cadangan 381,91 juta wmt itu terdiri dari 332,69 juta wmt bijih nikel saprolite dan 49,22 juta wmt bijih nikel limonite.
Untuk target produksi bijih nikel Antam di tahun 2022 sebesar 12,10 juta wmt, tumbuh 10% dari realisasi 2021 yang sebesar 11,01 juta wmt.
Dus, IBC pun menggadang strategi jitu dengan menggandeng CATL dan LG Energy Solution membangun industri baterai EV terintegrasi di tanah air. Keduanya adalah produsen baterai kendaraan listrik terbesar di dunia.
CATL misalnya, merujuk publikasi Wired pada 28 Juni 2022, menyebut CATL memasok 30% dari kebutuhan baterai EV dunia. Tesla, Kia dan BMW merupakan contoh beberapa pabrikan mobil listrik yang menggunakan baterai bikinan perusahaan yang didirikan Zeng Yuqun alias Robin Zeng itu.
Gabungan produksi CATL dan LG Energy Solution, kata Direktur Utama IBC Toto Nugroho, sudah mendekati 300 gigawatt hours (GWh), atau hampir setengah dari produksi baterai EV dunia.
Nah, pada April 2022, komitmen dari LG dan CATL berhasil diperoleh. Toto menyampaikan, LG berkomitmen untuk membenamkan investasi senilai US$ 9,8 miliar dan CATL sebesar US$ 5,97 miliar.
"Ini kerja sama end to end, mulai dari mining, refining, hingga menjadi produk baterai, termasuk baterry recycling," ujar Toto kepada KONTAN (25/7).
Skemanya, tahun ini dibikin joint venture (JV) di pertambangan, bekerjasama dengan Antam (ANTM). Di sisi upstream ini, pihak Indonesia akan menjadi pemegang saham mayoritas. Lokasi tambangnya, kata Toto, di Halmahera Timur, Maluku Utara.[gab]