Malut.WahanaNews.co | Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) provinsi Maluku Utara (Malut) intensif melakukan sosialisasi terkait penanganan kekurangan gizi menyusul masih tingginya angka balita yang mengalami kekurangan gizi di provinsi itu.
''Hal ini perlu kerja ekstra dari pemerintah untuk menangani dan mencegah permasalahan yang mengakibatkan banyak balita mengalami underweight (berat badan kurang), sebab angka balita kekerdilan yang mengalami sangat pendek dan wasting balita yang mengalami gizi buruk, gizi kurang dan obesitas itu," kata Kepala Perwakilan BKKBN Malut, Renta Rego saat membuka sosialisasi materi kampanye percepatan penurunan kekerdilan dan pengukuhan forum genre Indonesia Malut di Ternate, Rabu (16/2/2022).
Baca Juga:
BKKBN Sulut dan Pemkab Minahasa Selatan Libatkan Pakar Identifikasi Penyebab Stunting
Menurut Renta, data dari Dinas Kesehatan provinsi Malut pada 2020 balita yang ada di Malut sebanyak 95.051 orang, yang mengalami kekurangan berat badan sebanyak 3.146 balita atau 14.1 persen, kekerdilan 3.541 balita atau 16.0 persen dan kekurangan gizi 1.810 balita atau 8.2 persen.
Pada awal 2021, Pemerintah Indonesia menargetkan angka kekerdilan turun menjadi 14 persen di 2024. Presiden Joko Widodo menunjuk Kepala BKKBN, Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG. (K) menjadi Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting oleh karenanya BKKBN siap bekerja sama dengan berbagai lintas sektor dalam program, mengampanyekan percepatan penurunan kekerdilan yang akan dilakukan melalui berbagai kegiatan yang diadakan oleh masing-masing lintas sektor.
Mengingat kekerdilan, tidak harus terpaku pada bayi yang sudah terlahir stunting, tetapi juga lebih banyak fokus pada mereka yang baru akan menikah (Calon Pengantin), agar mereka dapat merencanakan kehamilan dari sebelum menikah sehingga calon pengantin dapat menyiapkan kondisi yang baik agar terjadi kekurangan gizi, anemia, kemudian juga memperhatikan jarak antar melahirkan agar tidak terjadinya stunting.
Baca Juga:
BKKBN Sulut Tekankan Pentingnya Dukungan Pemangku Kepentingan Turunkan Angka Stunting
Renta juga mengingatkan pentingnya menyiapkan kesehatan yang prima sebelum melangkah ke jenjang pernikahan, ada baiknya kebiasaan masyarakat yang memilih mengeluarkan biaya hingga puluhan juta untuk sekedar melakukan prewedding, tapi tidak memikirkan hal yang lebih mendesak yakni prakonsepsi, dimana calon ibu periksa hb (hemoglobin), minum tablet tambah darah.
Sementara, calon ayah hanya perlu mengurangi rokoknya, kemudian suami minum zinc supaya spermanya bagus. Para calon ibu dianjurkan tidak melakukan diet ketat, Hal ini dapat mengakibatkan calon ibu kekurangan nutrisi, anaknya bisa stunting.
Semua hal ini dilakukan untuk memastikan calon pasangan suami istri dan atau perempuan yang sudah menikah dan ingin hamil memiliki kriteria kesehatan yang baik untuk memproduksi, mengandung serta melahirkan anak yang sehat dan berkualitas.
Dia mengakui, BKKBN juga melakukan mengoptimalkan pelayanan melalui kader posyandu, dan juga melakukan penanganan dari hulu ke hilir.
Dimulai dari sebelum anak lahir, yakni saat para ibu atau pasangan usia subur merencanakan akan menikah, mereka harus dicek kesehatannya.
Banyak perempuan Indonesia yang hamil dalam kondisi yang sebenarnya belum siap sehingga kemungkinan anaknya bisa stunting. penanganan kekurangan gizi pada balita perlu juga dilakukan penyusunan rencana aksi dengan baik, baik jangka pendek, menangah maupun jangka panjang.
Di Indonesia meningkatnya angka stunting disebabkan berbagai faktor kekurangan gizi pada bayi, diantara 5 juta kelahiran bayi setiap tahun, sebanyak 1,2 juta bayi lahir dengan kondisi kekerdilan. Saat ini, bayi lahir saja sudah 23 persen evalensi kekerdilan.
Banyak yang lahirnya normal tapi kemudian menjadi kekerdilan sehingga angkanya menjadi 27,6 persen Artinya dari angka 23 persen muncul dari kelahiran yang sudah tidak sesuai standar. Hal lain yang juga menyebabkan stunting adalah sebanyak 11,7% bayi terlahir dengan gizi kurang yang diukur melalui ukuran panjang tubuh tidak sampai 48 Cm, dan berat badannya tidak sampai 2,5 Kg.
Tidak hanya itu, tingginya angka stunting di Indonesia juga ditambah dari bayi yang terlahir normal akan tetapi tumbuh dengan kekurangan asupan gizi sehingga menjadi stunting, karena tidak medapatkan ASI dengan baik, kemudian asupan makanannya tidak cukup.
Sementara itu, Ketua Panitia, Indra Gumbira Rukmana mengatakan, kegiatan pendampingan pelaksanaan edukasi PKBR bagi PIK Remaja dan BKR di Kabupaten Halmahera Barat bertujuan menambah pengetahuan peserta tentang materi kampanye percepatan penurunan stunting dan menentukan strategi yang akan dilaksanakan dalam upaya percepatan penurunan kekerdilan di Malut.
Menurut dia, kegiatan ini memiliki peran masing-masing instansi dalam upaya sosialisasi materi kampanye percepatan penurunan stunting di Malut.[gab]