Kedua, program dediselisasi PLTD yang tersebar sebanyak 588 MW menjadi PLTS 1,2 GWp dan baterai.
Ketiga, pembangunan 4,7 GW PLTS dan 0,6 GW PLTB.
Baca Juga:
Bawa Sabu 9,32 Gram Naik Honda Spacy,Pria Warga Sikodon - Kodon Diangkut Polisi Dari Jalan Desa Naga Lingga,
Keempat, implementasi co-firing biomassa pada PLTU dengan porsi rata-rata 10 persen untuk PLTU Jawa-Bali dan 20 persen untuk PLTU luar Jawa-Bali.
Kelima, pembangkit beban dasar setelah 2025 yang sebelumnya dirancang menggunakan PLTU batu bara akan diganti dengan PLT-EBT.
Keenam, menerapkan masa pensiun untuk PLTU berkapasitas 1,1 GW di Muarakarang, Priok, Tambaklorok, dan Gresik pada 2030.
Baca Juga:
Pemkab Karo Peringati Haornas ke 42,Sebagai Bentuk Apresiasi Atlit Mendapat Bingkisan
"Kami juga ada rencana relokasi pembangkit dengan tujuan untuk memanfaatkan pembangkit yang utilitasnya rendah di sistem Jawa-Bali untuk meningkatkan reserve margin di sistem luar Jawa serta mengurangi biaya investasi pembangkit," tuturnya.
Di sisi lain, Edwin mencatat pertumbuhan konsumsi atau penjualan listrik di Indonesia meningkat tahun ini meski di masa pandemi Covid-19.
Bahkan, realisasinya sudah melebihi pertumbuhan pada 2019 atau sebelum pandemi.